Investasi Emas Antam Raup Untung Hampir 28% dalam 8 Bulan, Bagaimana Prospek Hingga Akhir 2025?
Investor emas Antam yang membeli di awal tahun 2025 bisa meraup keuntungan hampir 28% hanya dalam delapan bulan.
Harga emas batangan Antam mencatatkan lonjakan signifikan sepanjang 2025. Berdasarkan data perdagangan, harga jual emas Antam pada 1 Januari 2025 berada di kisaran Rp1.515.000 per gram, sementara harga buyback di level Rp1.365.000 per gram. Namun pada Jumat, 12 September 2025, harga jual sudah menembus Rp2.088.000 per gram dengan buyback di Rp1.935.000 per gram. Artinya, seorang investor yang membeli emas Antam 1 gram di awal tahun dengan harga Rp1.515.000 lalu menjualnya kembali pada 12 September 2025 melalui skema buyback, akan memperoleh keuntungan Rp420.000 per gram. Persentasenya mencapai sekitar 27,7% hanya dalam delapan bulan, jauh lebih tinggi dibandingkan bunga deposito atau imbal hasil rata-rata reksa dana pasar uang.
Jika menilik data lima tahun terakhir, emas Antam hampir selalu menunjukkan tren kenaikan. Pada 2020 harga emas per gram masih di kisaran Rp900 ribuan, lalu melejit menembus Rp1,2 juta pada 2021, dan stabil di kisaran Rp1,3â1,5 juta pada 2022â2024. Kenaikan tajam terjadi di 2025, seiring gejolak geopolitik global, pelemahan rupiah terhadap dolar AS, serta tren âsafe havenâ yang kembali diburu investor. Secara rata-rata, emas Antam mencatat kenaikan sekitar 10â15% per tahun dalam lima tahun terakhir, dengan momentum 2025 sebagai salah satu lonjakan tertinggi.
Meski terlihat menguntungkan, investor pemula tetap perlu berhati-hati sebelum masuk ke pasar emas. Spread harga jual dan buyback cukup besar, sehingga emas baru terasa memberikan imbal hasil jika ditahan minimal beberapa bulan hingga tahun. Selain itu ada biaya tambahan seperti cetak, penyimpanan, atau ongkos kirim jika membeli melalui platform daring. Perlu diingat juga bahwa transaksi buyback di atas Rp10 juta dikenakan pajak PPh 22, meski bisa lebih ringan jika pembeli memiliki NPWP. Harga emas juga sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal, seperti kurs dolar AS, kebijakan suku bunga The Fed, hingga ketidakpastian geopolitik yang bisa mengerek harga secara tiba-tiba.
Melihat tren saat ini, peluang emas untuk terus menguat hingga akhir 2025 masih terbuka. Pelemahan rupiah, tren pemangkasan suku bunga global, dan tingginya permintaan emas jelang akhir tahun diperkirakan bisa mendorong harga lebih tinggi lagi. Namun, para analis menyarankan investor untuk tidak menaruh seluruh modal di emas dan tetap mengombinasikannya dengan instrumen lain agar portofolio lebih seimbang. Dengan strategi yang tepat, emas tetap bisa menjadi instrumen lindung nilai sekaligus peluang keuntungan menarik bagi masyarakat Indonesia.





